AFTA ( Asean Free Trade Areas )

PENGERTIAN AFTA 
(Asean Free Trade Areas)

Istilah perdagangan bebas identik dengan adanya hubungan dagang antar negara anggota
maupun negara non-anggota. Dalam implementasinya perdagangan bebas harus
memperhatikan beberapa aspekyang mempengaruhi yaitu mulai dengan meneliti
mekanisme perdagangan, prinsip sentral dari keuntungan komparatif (comparative
advantage),serta pro dan kontra di bidang tarif dan kuota, serta melihat bagaimana
berbagai jenis mata uang (atau valuta asing) diperdagangkan berdasarkan kurs tukar
valuta asing. ASEAN Free Trade Area (AFTA) adalah kawasan perdagangan bebas
ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun hambatan non tarif
bagi negara-negara anggota ASEAN, melalui skema CEPT-AFTA.

Sebagai contoh dari keanggotaan AFTA adalah sebagai berikut, Vietnam menjual sepatu
ke Thailand, Thailand menjual radio ke Indonesia, dan Indonesia melengkapi lingkaran
tersebut dengan menjual kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa
akan mengkonsumsi lebih banyak dibandingyang dapat diproduksinya sendiri. Namun
dalam konsep perdagang tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan non-tarif bagi negara – negaraASEAN melalui skema CEPT-AFTA.
Common Effective Preferential Tarif Scheme (CEPT) adalah program tahapan penurunan
tarif dan penghapusan hambatan non-tarif yang disepakati bersama oleh negara-negara
ASEAN. Maka dalam melakukan pedagangan sesama anggota biaya operasional mampu
ditekan sehingga akan menguntungkan.

Tantangan AFTA 2015 Untuk Indonesia

Sebelum saya menuliskan keuntungan AFTA 2015 untuk indonesia, saya akan menyebutkan tantangannya terlebih dahulu. Agar orang – orang indonesia tahu, dan tidak selalu terlena dengan negara yang katanya ijo royo -royo, dan mempunyai banyak sumber daya alam ini.

 1. Tantangan Pendidikan

Kalau melihat negara maju di ASEAN seperti Singapore, pendidikan mereka terlihat lebih maju. Lantas Indonesia sendiri bagaimana menghadapi serbuan para pekerja hasil output negara di ASEAN seperti Singapore? Padahal salah satu efek dari AFTA adalah setiap warga anggota negara ASEAN bisa sekolah atau bekerja di tiap negara anggota ASEAN.
Sementar menurut saya, pendidikan di Indonesia ini masih sedikit carut marut. Contoh sederhananya saja, ada teman saya yang seorang lulusan Teknik Elektro malah bekerja di bidang perbankan, atau ada sarjana pertanian yang tidak bisa bekerja sesuai jurusan di ambilnya.
Menurut saya pendidikan di negara ini masih belum tepat sasaran untuk mengenali potensi anak didik dengan tepat sasaran, sehingga anak didik bisa memaksimalkan potensi yang dimilikinya. Bisa – bisa dengan adanya AFTA 2015 pengangguran malah semakin banyak, karena banyak perusahaan di Indonesia yang malah merekrut tenaga kerja dari negara anggota ASEAN lain dengan kompetensi yang lebih baik.

2. Tantangan Perdangangan
Sebelumnya saya mau tanya dulu, sekarang ini Indonesia adalah negara “Pengekspor” atau negara “Pengimpor”?

Menjawab pertanyaan ini tidak perlulah sulit – sulit, lihat saja smartphone/handphone yang teman – teman punyai made in mana? Sepengetahuan saya sih rata – rata kalau tidak made in china, ya made in vietnam. Indonesia ini hanya dijadikan pasar, sangat sedikit sekali atau bahkan tidak ada ya, tempat produksi barang yang di Indonesia? (*maaf saya kurang tahu tentang ini karena tidak ada data :)*)
Saya memberi contoh barang yang sepele seperti smartphone/handphone, karena barang seperti ini meskipun sedang musim hujan, banjir ataupun dolar naik, penjualannya tetap meroket. Mengingat kebanyakan masyarakat kita yang lebih mementingkan prestise dan style daripada fungsi dari sebuah smartphone sendiri.
Terlepas dari contoh yang saya berikan, selama Indonesia masih menjadi negara “hobi impor” AFTA 2015 malah akan menjadikan negara ini sebagai pasar terbesar barang – barang impor dari negara ASEAN yang lain. Mau negara kita cuma dijadikan tempat jualan saja? Pikirkan!

DAMPAK NEGATIF DAN POSITIF DARI AFTA (Asian Free Trade Area) bagi Indonesia

 Dampak Negatif
========================================================================
Dampak Negatif Pertama: serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penurunan dari 28,1% pada 2004 menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun ke depan penanaman modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5 miliar yang sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha strategis IKM (industri kecil menegah). Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian Perindustrian tahun 2008 mencapai 16.806 dengan skala modal Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina (Bisnis Indonesia, 9/1/2010)

2.3)Dalam hal sumber daya energi, Indonesia hanya memiliki industri perakitan (hulu) untuk produkelektronika dan produksi. Namun, berbeda dengan China, dalam membangun industri elektronika yang terintegrasi mulai dari pembangunan industri pendukung dengan mengolah bahan baku. BAB III DAMPAK ACFTA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Dalam hal ini, terdapat dampak positif dan negatif dari adanya ACFTA yang diberlakukan oleh Indonesia. a) Dampak Negatif Pertama: serbuan produk asing terutama dari Cina dapat mengakibatkan kehancuran sektor-sektor ekonomi yang diserbu. Padahal sebelum tahun 2009 saja Indonesia telah mengalami proses deindustrialisasi (penurunan industri). Berdasarkan data Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, peran industri pengolahan mengalami penurunan dari 28,1% pada 2004 menjadi 27,9% pada 2008. Diproyeksikan 5 tahun ke depan penanaman modal di sektor industri pengolahan mengalami penurunan US$ 5 miliar yang sebagian besar dipicu oleh penutupan sentra-sentra usaha strategis IKM (industri kecil menegah). Jumlah IKM yang terdaftar pada Kementrian Perindustrian tahun 2008 mencapai 16.806 dengan skala modal Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar. Dari jumlah tersebut, 85% di antaranya akan mengalami kesulitan dalam menghadapi persaingan dengan produk dari Cina (Bisnis Indonesia, 9/1/2010). Kedua: pasar dalam negeri yang diserbu produk asing dengan kualitas dan harga yang sangat bersaing akan mendorong pengusaha dalam negeri berpindah usaha dari produsen di berbagai sektor ekonomi menjadi importir atau pedagang saja. Sebagai contoh, harga tekstil dan produk tekstik (TPT) Cina lebih murah antara 15% hingga 25%. Menurut Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat Usman, selisih 5% saja sudah membuat industri lokal kelabakan, apalagi perbedaannya besar (Bisnis Indonesia, 9/1/2010). Hal yang sangat memungkinkan bagi pengusaha lokal untuk bertahan hidup adalah bersikap pragmatis, yakni dengan banting setir dari produsen tekstil menjadi importir tekstil Cina atau setidaknya pedagang tekstil. 

Dampak Positif
========================================================================
-Membuat peluang kita untuk menarik investasi.
-Dapat meningkatkan voume perdagangan. Hal ini di motivasi dengan adanya persaingan ketat antara produsen. Sehingga produsen maupun para importir dapat meningkatkan volume perdagangan yang tidak terlepas dari kualitas sumber yang diproduksi
 

-Berpengaruh positif pada proyeksi laba BUMN 2010 secara agregat. Namun disamping itu faktor laba bersih, prosentase pay out ratio atas laba juga menentukan besarnya dividen atas laba BUMN. Keoptimisan tersebut, karena dengan adanya AC-FTA, BUMN akan dapat memanfaatkan barang modal yang lebih murah dan dapat menjual produk ke Cina dengan tarif yang lebih rendah pula.

 

AFTA 2015 : Kembali Bersatu Bersama Rumpun ASEAN

Sudah tidak dapat dipungkiri lagi ASEAN adalah bangsa serumpun. Indonesia, Malaysia, Singapore, Brunei Darussalam, mempunyai akar Melayu yang kuat. Kita masih menemukan kesamaan bahasa di empat negara tersebut. Demikian juga dengan Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar yang tergabung satu daratan tentu mempunyai bahasa yang hampir sama di kawasan indochina.

Semua berubah ketika masing-masing negara dijajah oleh beberapa negara yang berbeda, dengan demikian terjadi infiltasi-infiltrasi yang membuat akulturasi dari berbagai sektor seperti budaya, adat istiadat, agama dan politik. Indonesia dijajah Belanda selama 3,5 abad, Singapore, Malaysia dan Brunei oleh Inggris, Philipina oleh Spanyol, tentu meninggalkan sesuatu yang berbeda. Negara-negara yang dijajah oleh Inggris dipastikan rakyatnya ditanamkan bahasa Inggris yang baik seperti Singapore, Malaysia dan Brunei.

Namun walau sudah banyak terjadi akulturasi, masih ada sisa-sisa peninggalan masa lalu yang sulit dihilangkan. Seperti contohnya bahasa melayu tadi. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang sudah dilakukan sejak jaman dahulu seperti misalnya adanya pasar apung yang ada di Banjarmasin, ada juga pasar terapung di Thailand. Atau dari nama sebuah tempat di Kamboja nama sebuah kampung atau desa adalah “kampong” hampir sama dengan bahasa Indonesia.

Seiring dengan waktu, semuanya berubah. Mulai dari ideologi, politik, agama, budaya dll. Namun dari perbedaan-perbedaan itu kita masih memiliki visi yang sama untuk kemajuan negara-negara di ASEAN. Maju bersama, tumbuh bersama. Kita tidak ingin hidup sejahtera, sementara tetangga sebelah hidup menderita. Dengan misi dan visi seperti itulah ASEAN bisa bertahan hingga saat ini, bahkan tahun 2015 nanti akan dicanangkan sebuah komunitas ASEAN dengan visi dan misi yang lebih luas, lebih terbuka dan saling menguntungkan satu sama lain. Simbiosis Mutualisme.
 
Jakarta Ibukota ASEAN
 
 
Seperti halnya New York yang merupakan markas Sekretariat Jenderal Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dan otomatis menjadi ibukota PBB, hal yang sama juga terjadi untuk ASEAN. Seperti kita ketahui sekretariat ASEAN ada di Jakarta, tepatnya di perempatan CSW dan otomatis juga menjadi ibukota ASEAN. Dengan demikian mau tidak mau, siap tidak siap warga Jakarta harus mempersiapkan diri dengan identitas baru tersebut. Jakarta juga patut berbangga karena sebelumnya juga dinyatakan sebagai ibukota dari twitter, sebuah jaringan social media, karena saking banyaknya orang yang menggunakan dan berinteraksi twitter di kota ini.

Hal positif yang dapat diambil dari penetapan secara tidak langsung ini tentu saja membuat Kota Jakarta akan semakin dikenal di negara lain khususnya negara-negara ASEAN. Bisa jadi dengan penetapan ini Kota Jakarta akan menjadi salah satu tujuan untuk berkunjung dari warga negara ASEAN. Akan semakin banyak orang yang datang, membicarakan, menulis, blogging, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dan jika kondisi Jakarta tidak memuaskan mereka yang datang tentu apa yang dibahas tersebut tentu akan bernada negatif.

Untuk itu perlu adanya pembenahan dari segala hal yang negatif seperti kemacetan, sampah, banjir, kedisiplinan dan fasilitas publik lainnya. Untuk semacam hiburan seperti mall, kebutuhan kantor dan apartemen sepertinya Jakarta sudah cukup memenuhinya. Dalam hal ini pemerintah Jakarta harus bisa melihat dan membuat standarisasi kebutuhan warga negara ASEAN. Warga Singapura tentu kaget dengan bebasnya orang merokok di mana saja di Jakarta. Atau orang Malaysia tentu kaget dengan semrawutnya transportasi di Jakarta, orang Thailand bisa kaget kok setiap hujan Jakarta banjir.

Jadikan mereka kaget untuk hal-hal yang positif. Jadikan orang Singapura kaget kok setiap bertemu orang Jakarta selalu disapa ramah, bukan hanya disapa oleh pramugari atau petugas bank. Jadikan orang Malaysia kaget kok setiap hari jumat orang Jakarta menggunakan batik.

Jakarta harus bersiap diri dan seperti tulisan di atas harus mempunyai standarisasi kebutuhan warga ASEAN. Saya yakin kepemimpian Jokowi - Ahok bisa mewujudkan hal ini dan harus diikuti oleh aparat dan segenap warga Jakarta.

Sebagai icon ASEAN, saya mengusulkan di Jakarta dibangun sebuah tempat yang menggambarkan secara nyata profil negara-negara ASEAN. Jadi bukan hanya dalam bentuk buku, tulisan online, brosur, tapi dalam bentuk fisik. Seperti hal-nya Taman Mini Indonesia Indah yang menggambarkan miniatur Indonesia, perlu dibuat “ASEAN Miniatur Park” yang menggambarkan negara-negara ASEAN. Disana ada Patung Merlion, Twin Tower, Pagoda, Pantai di Thailand, dll. Jadi setiap orang yang berkunjung serasa mengunjungi negara-negara ASEAN.

Tentu tempat ini harus dibuat sedemian rupa sehingga menarik minat dan bisa dijadikan kawasan wisata baru. Misalnya dikolaborasikan dengan wahana permainan yang seru tentu akan menjadi hal yang menarik dan membuat orang penasaran untuk berkunjung. Kalau cuma ingin di foto di Patung Merlion orang tidak perlu jauh-jauh pergi ke Singapura. Cukup ke ASEAN Miniatur Park ini. Saya yakin jika hal ini benar-benar terwujud, bukan hanya warga Jakarta dan Indonesia saja yang berkunjung, tapi juga warga negara-negara ASEAN.

Solusi Menghadapi AFTA 2015 Untuk Indonesia

Ada beberapa hal penting yang bisa membuat Indonesia bisa bertahan, atau bahkan bisa memanfaatkan AFTA 2015 untuk membuat negara ini lebih maju. Pendidikan yang baik, Hukum yang ditegakkan, Kedisiplinan, dan Semangat Optimisme untuk maju tiap – tiap warga negara ini
Kalau itu semua bisa dilakukan dengan baik, maka bukan tidak mungkin kalau Indonesia akan kembali mengaum. Kembali mengaum sebagai Macan Asia yang pernah begitu ditakuti oleh negara lain. Nah, semoga tulisan saya ini bisa berguna untuk para pembaca kompasiana sekalian ya. Mari kita songsong AFTA 2015 dengan persiapan lebih baik.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Curva Sud vs Curva Nord

Perjalanan Der Panzer di Piala Dunia 2014 Brazil

Recommended Free Font Download